Dampak Aborsi

ABORSI dalam pengertiannya adalah keluarnya atau dikeluarkannya janin dari dalam rahim sebelum waktunya. Di dunia kedokteran, aborsi dibagi atas dua tipe, yaitu aborsi spontan dan aborsi provokatif.

Aborsi spontan adalah keluarnya janin dengan
spontan sebelum waktunya lahir. Proses aborsi spontan ini diakibatkan beberapa faktor dari kehamilan ibu yang membuat janin tidak bertahan dan keluar dengan sendirinya. ''Proses ini kita sebut juga keguguran.

Sementara aborsi provokatif adalah aborsi yang dilakukan dengan sengaja. Untuk tipe ini, dibagi atas dua yaitu aborsi provokatif medicalis dan provokatif kriminalis. ''Untuk yang medicalis, biasanya diambil jika kandungannya mengancam jiwa ibu. Sementara untuk yang kriminalis, memang sengaja dilakukan untuk menghilangkan janin dan ini melanggar hukum.

Aborsi provokatif medicalis, meski dilegalkan dan boleh dilakukan oleh dokter, ternyata tidak segampang itu diterapkan pada pasien. Banyak syarat yang diatur UU dalam melakukan tindakan ini. Bahkan, untuk peraturan baru yang lebih detail sedang digodok sehingga tindakan aborsi tidak gampang dilakukan dan menjadi tindakan terakhir yang diambil dalam permasalahan kandungan ibu.

Kasus aborsi provokatif kriminalis, meski tidak ada data yang nyata, tetapi bukan berarti tidak ada di masyarakat. Selama ada pasangan usia subur yang berhubungan seksual, baik secara sah dan tidak sah, maka kasus aborsi yang disengaja akan selalu ada. Efek aborsi yang disengaja dan tidak dilakukan oleh tenaga ahli yang berkompeten ternyata sangat mengerikan. Efeknya bisa terjadi untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Efek jangka pendek dari aborsi adalah terjadinya infeksi ringan sampai berat, perdarahan, rahim terluka sampai jebol. ''Bahkan jika nguretnya tidak bersih, pendarahan bisa berlanjut saat pasien pulang. Perdarahan yang terus-menerus jika tidak segera dihentikan, tentunya bisa menyebabkan kematian bagi ibu.

Untuk efek komplikasi jangka panjangnya, ibu bisa mengalami infeksi yang berkelanjutan yang menyerang saluran lahir dari luar hingga dalam. Akibatnya, wanita yang menjalani aborsi dengan infeksi ini akan kesulitan memiliki anak. ''Selain itu, jika tenaga yang melakukan tidak ahli dan keasyikan melakukan kuret, menyebabkan seluruh lapisan epidermis rahim tertarik sehingga terjadi penyatuan antara rahim atas dengan bawah. Kondisi ini membuat wanita tidak bisa menstruasi dan tentunya tidak bisa memiliki anak.

Aborsi juga bisa menyebabkan komplikasi yang bisa membuat ibu kehilangan nyawa, yaitu terjadinya infeksi yang mengakibatkan sepsis. 







Sumber bali post 10 april 2012

0 komentar:

Post a Comment