Musim hujan, waspadai leptospirosis

Pada musim hujan di sekitar kita mulai terbentuk banyak genangan air, tidak sedikit pula masyarakat yang mengalami banjir. Salah satu penyakit yang rawan timbul tapi mungkin belum banyak di ketahui adalah LEPTOSPIROSIS.

Leptospirosis adalah suatu penyakit yang di timbulkan oleh infeksi mikro organisme leptospira interogans. Mikroorganisme ini tersebar di seluruh dunia, tetapi terbanyak ada di daerah
tropis seperti indonesia. Kuman leptospira bisa terdapat pada binatang pliharaan seperti anjing, babi, kucing, lembu, kuda , atau pada binatang pengerat seperti tikus, marmut , tupai dan lain lain.
Didalam tubuh binatang tersebut leptospira hidup pada dan air kemih binatang tersebut.

Dalam tubuh tikus, kuman ini akan akan hidup menetap dan berkembang biak dalam ginjal tikus, dan terus menerus terbuang lewat air kemih. Penyakit ini musiman, pada daerah tropis seperti indonesia insiden tertinggi terjadi selama musim hujan.

Kuman leptospira dapat menginfeksi manusia melalui kontak dengan air, tanah atau lumpur yang telah terkontaminasi air kemih binatang yang telah terinfeksi. Infeksi dapat terjadi apabila ada luka atau erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Kadang dapat juga terinfeksi melalui gigitan binatang yang telah terinfeksi leptospira.

Waktu yang di butuhkan dari masuknya kuman leptospira ketubuh manusia sampai munculnya gejala adalah 2-26 hari, rata rata sekitar 10 hari. Ada 2 fase pada infeksi ini, fase pertama (fase leptospiremia) di tandai demam, minggigil, sakit kepala, nafsu makan menurun, nyeri otot, mual, muntah, nyeri perut, mata merah, badan kuning, ruam kulit, dan dapat juga terjadi diare, pendarahan, gangguan ginjal dan jantung. Gejala awalnya sakit kepala terutama di daerah depan, dan nyeri otot hebat terutama paha, betis, dan pinggang. Fase ini berlangsung 4-7 hari, bila di tangani dengan baik penderita akan berangsur angsur sembuh dalam 3-6 minggu.
Pada kondisi yang lebih berat maka setelah 1-3 hari bebas demam, dapat terjadi demam kembali yang di sebut fase kedua atau fase imun. Fase ini di tandai dengan demam tinggi hingga 40 C, di sertai menggigil, badan lemas, dan sakit seluruh tubuh terutama betis. Terjadi pendarahan misalnya mimisan, atau pendarahan gusi, mata merah badan kuning. dapat terjadi kerusakan hati dan ginjal, juga radang selaput otak. Pada infeksi yang berat dapat menimbulkan kematian.

untuk mendiagnosis leptospirosis pada fase awal tidak mudah, karena gejalanya yang tidak khas. Yang perlu di ingat adalah ada atau tidaknya faktor resiko dari pendrita , yaitu kontak dengan genangan air, tanah atau lumpur. Di butuhkan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan hitung sel darah putih , pemeriksaan urine, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, pemeriksaan serologi untuk leptospira, dan apabila di perlukan di lakukan pembiakan dari darah untuk mengetahui jenis kuman leptospira dan antibiotik yang di perlukan untuk mengobati.

Apabila sudah terinfeksi , maka harus dilakukan pengawasan ketat di rumah sakit. Pemberian cairan yang cukup dan pemberian antibiotik sesegera mungkin . Karena leptospirosis dapat mengakibatkan kerusakan organ organ penting dalam tubuh dan mengakibatkan kematian.

Pencegahan leptospirosis di daerah tropis seperti indonesia tentu tidak mudah. Untuk masyarakat dengan resiko tinggi untuk tertular dapat memakai pakaian pelindung khusus untuk melindungi dari kontak langsung dengan bahan bahan yang terkontaminasi air kemih binatang yang terinfeksi. Jagalah kebersihan di area tempat tinggal dan memakai alas kaki yang cukup untuk menghindari kontak langsung dengan genangan air, tanah atau lumpur. Untuk binatang peliharaan sebaiknya di vaksin secara teratur .


sumber bali post 23 februari 2014 (dr. Venny Singgih)